Puisi Pendidikan - Aku dan Matematika - INIRUMAHPINTAR.com

Puisi Pendidikan - Aku dan Matematika

INIRUMAHPINTAR - Inilah Puisi Pendidikan - Aku dan Matematika. Puisi adalah kumpulan kata-kata pilihan dengan struktur indah dan terdiri atas bait-bait yang berisi ungkapan perasaan penulis terhadap dirinya, lingkungan, atau harapannya. Puisi berikut ini adalah sebuah ungkapan rasa cinta seorang penulis terhadap ilmu matematika. Dengan merenungkan baris per baris dan kata per kata, pembaca dapat mengerti deskripsi kedekatan seorang penulis terhadap matematika, entah matematika sebagai mata pelajaran atau matematika sebagai kehidupan. Selengkapnya simaklah puisi berjudul Aku dan Matematika berikut ini:

Aku dan Matematika

karya : Ahn Ryuzaki

sumber ilustrasi : Pixabay
Aku dan matematika,
Beradu dalam logika,
Berinduksi algoritma,
Mengungkap estetika,

Aku dan matematika,
Berkolega deret angka,
Bermitra bilangan prima,
Merajut cinta tak terhingga,

Aku dan matematika,
Bertafakur rupa algebra,
Bermakrifat dalil teorema,
Melakoni drama aritmetika,

Aku dan matematika,
Memilah teori rekayasa,
Merukunkan selisih pereka,
Membina figur-figur manggala,

Aku dan matematika,
Menata logaritma semesta,
Melantunkan faedah tiada terkira,
Hakiki dalam dekapan Sang Pencipta.

(Tercipta di kota Kalong, 10 Oktober 2014)

Makna Puisi

Puisi di atas merupakan analogi kebersamaan antara penulis dengan salah satu cabang ilmu yaitu matematika. Yang menarik adalah mengapa penulis memilih matematika sebagai objek, mengapa tidak menggunakan cabang ilmu lain seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Fisika, Kimia, Biologi, dan lain sebagainya. Yah, penulis memilih matematika bukan berarti mengesampingkan bidang studi lainnya. Hal ini membuktikan bahwa ide merangkai kata menjadi puisi selalu ada setiap waktu, termasuk saat belajar dan berkutat dengan suatu aktivitas. Termasuk dalam puisi ini, tampaknya penulis memiliki kedekatan khusus dengan matematika.

Di bait pertama, penulis mengilustrasikan hubungannya dengan matematika dalam bentuk interaksi logika dan algoritma. Selanjutnya, logika-logika dan algoritma yang tertuang di dalam pikiran penulis atau pengarang, diterjemahkan menjadi entri penyusun estetika atau keindahan. Ini berarti matematika yang diketahui lebih banyak menggunakan logika dan algoritma, dengan sentuhan seni dapat menjelma menjadi karya tulis yang indah dan memikat hati, salah satunya dengan puisi berjudul aku dan matematika ini.

Selanjutnya di bait kedua, penulis merefleksikan kecintaannya terhadap matematika bagai persahabatan dengan deret angka dan bilangan prima. Sebagaimana diketahui bahwa dalam matematika, deretan angka tidak akan pernah habis. Angka yang disusun dari kecil hingga besar, semakin lama semakin banyak. Jika ada manusia yang diminta berhitung secara konvensional dari satu hingga satu trilliun saja, rasa-rasanya sulit percaya jika orang tersebut mengiyakan. Itu baru satu trilliun, deret angka bisa tidak terbatas. Itulah mengapa, matematika hadir sebagai solusi. Matematika memiliki formula deret aritmetika, geometri, dan tak hingga. Begitupun dengan bilangan prima, bilangan yang menyimbolkan kesetiaan. Karakteristiknya yang hanya bisa dibagi dengan dirinya sendiri menyiratkan arti bahwa angka-angka yang tergolong bilangan prima memiliki komitmen, setia pada sifatnya. Begitulah kita seharusnya, dengan setia kepada pasangan (halal) artinya kita setia pada diri sendiri. Dengan kesetiaan, keutuhan cinta semakin kokoh, dan terus menerus tumbuh menjadi abadi bagai deret tak hingga.

Di bait ketiga, penulis kembali mengajak pembaca untuk mengenal sifat kecendekiawanan matematika. Dengan pilihan kata bertafakur dan bermakrifat baik dengan algebra dan teorema, mengarahkan pikiran pembaca untuk bertanya-tanya, ada apa gerangan? Mungkinkah matematika mengenalkan manusia dengan tafakur dan makrifat? Tafakur adalah perenungan dan makrifat adalah wujud pencapaian tertinggi manusia dari hasil tafakurnya. Begitulah seharusnya pembaca membaca makna di balik makna tafakur dan makrifat, sebagaimana tertuang di bait ketiga puisi ini. Dengan kedua proses itu, penulis mengajak pembaca untuk melakoni drama kehidupan di dunia bukan untuk hal sia-sia. Hidup yang singkat, dan jalan panjang setelah mati harus menjadi renungan agar tidak salah memilih rute kebenaran. Matematika contohnya, dengan segala kerumitannya, hanyalah secuil kenikmatan dan tidak lebih sekedar corak yang seharusnya mengantarkannya manusia menjadi penghamba yang bijak kepada Pencipta-Nya.

Selanjutnya, di bait keempat, penulis menyentuh sisi-sisi kemanusiaan melalui ilmu matematika. Keberadaan kita di dunia yang serba terbatas menuntut manusia menjadi makhluk sosial. Artinya, tanpa peran manusia yang lain, seorang manusia tidak akan berkutit menjalani hidup. Oleh karena itu, dalam bersosialisasi dan membangun peradaban, manusia sebaiknya bersatu dan hidup dalam kedamaian. Anak cucu Adam tidak boleh menjadi kaum perusak, layaknya spesies manusia sebelumnya yang diturunkan lalu gagal menata bumi. Teori-teori pengetahuan harus benar-benar dipilah dan diperuntukkan untuk kesejahteraan masyarakat bumi. Oleh karena itu, tidak semestinya ada perang dan kebencian. Di larik terakhir, penulis menegaskan bahwa matematika yang merepresentasi ilmu-ilmu lain merupakan pupuk dan nutrisi kearifan dalam melahirkan figur-figur khalifah, kodrat manusia diturunkan ke bumi. 

Terakhir, di bait kelima, penulis mengantarkan pikiran dan pola pikir pembaca agar menjadikan matematika hanya sebagai cerminan. Manusia sebaiknya melakukan hal lebih besar. Harus ada niat baik untuk menyamakan persepsi agar alam semesta dapat tertata dalam keseimbangan. Jika tidak dilakukan dengan benar, yang terjadi adalah ketimpangan dan ketidakstabilan. Dimensi jarak dan waktu harus membina manusia menjadi sosok penyebar kebaikan dan manfaat ke seluruh alam dan isinya. Jika tidak, manusia sendiri yang mempecepat datangnya kiamat. Karena itulah disebutkan dalam ayat Alquran, bahwa manusia terbaik adalah yang bertakwa dan banyak amal kebaikannya. Nilai-nilai ketakwaaan inilah yang harus membalut potret kehidupan manusia, agar kelak menjadi kaum yang tidak merugi, dihadiahkan tempat terindah, surga kenikmatan, kekal bersama orang-orang terpilih.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!